A. Pendahuluan
Pendidikan karakter
sangat urgen diterapkan di sekolah. Sebagaimana telah diamanahkan dalam Undang
undang no. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kratif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Demikian juga di SD Unggulan Aisyiyah Bantul, pendidikan karakter diterapkan
dengan berbagai pembiasaan dan program.
Salah satu program pendidikan karakter yang
ingin penulis angkat adalah Sidang Kelas. Ya.. seperti semacam sidang pada
umumnya dengan berbagai unsur sidang namun dilaksanakan di kelas. Guru sebagai
hakim. Kemudian para siswa ada yang menjalanai posisi sebagai tersangka,
saksi, korban, pembela, penuntut, dan penonton sidang. Ada gelar perkara,
pengajuan tuntutan, keterangan saksi, pembelaan. Kemudian berdasar fakta
persidangan, guru selaku hakim memutuskan perkara. Siswa juga dapat mengajukan
keberatan seandainya belum menerima keputusan sidang.
B. Karakter
yang dapat dicapai melalui sidang kelas
Dalam interaksi pergaulan sesama siswa,
sering sekali terjadi perselisihan, penghinaan, bullying, atau tindakan
anarkhis siswa yang merugikan atau merusak sarana prasarana sekolah. Sejauh ini
tindakan guru dalam menangani berbagai persoalan tersebut masih sebatas
menerima, memanggil para siswa yang terlibat, memberi nasihat dan diakhiri
dengan saling meminta maaf. Meski apa yang sudah dilakukan para guru tersebut
sudah cukup mengatasi persoalan namun penulis merasa akan lebih banyak manfaat
yang diperoleh para siswa jika permasalahan tersebut diangkat dalam persidangan
kelas. Berikut beberapa pendidikan karakter yang dapat ditanamkan kepada siswa:
1. 1. Adil
Siswa
yang menjadi pelaku ataupun korban akan sama-sama mendapatkan keadilan. Siswa
pelaku akan mendapatkan hukuman sesuai porsi kesalahannya. Sedangkan siswa
korban akan menerima kembali apa yang menjadi haknya dan sekaligus mendapatkan
rasa keamanan.
2. 2. Lapang
dada
Ketika
keputusan ditetapkan maka baik siswa pelaku dan korban akan sama sama berlapang
dada dengan keputusan yang dibuat. Siswa pelaku berlapang dada menerima sanksi
yang dilakukan. Sedangkan siswa korban berlapang dada dalam memaafkan kesalahan
temannya.
3. 3. Jujur
Dalam
setiap sidang, para siswa menyampaikan keterangan dan menjawab pertanyaan
dengan jujur. Kejujuran ini lebih terjamin karena siswa terlebih dahulu
bersumpah dan setiap jawabannya akan dapat dikonfirmasi dengan para saksi yang
lain.
4. 4. Tanggung-jawab
Melalui
sidang kelas, siswa dapat belajar bahwa setiap perbuatan ada konsekuensi yang
harus diterima dan dipertanggungjawabkan. Siswa juga memahami bahwa besar kecil
kesalahan akan berbanding dengan besar kecil hukuman.
5. 5. Menghargai
orang lain dan menumbuhkan sikap demokratis
Sidang
kelas memberi setiap siswa berhak menyampaikan pendapat sementara siswa lain
mendengarkan. Hal ini dapat menumbuhkan sikap menghargai orang lain yang sedang
berbicara dan menumbuhkan budaya demokratis. Sehingga siswa sadar bahwa mereka
berhak mengemukaan pendapat.
C. Sidang
kelas sebagai mekanisme kontrol perilaku sosial siswa
Efek lebih jauh dari penerapan
sidang kelas adalah siswa akan selalu befikir beberapa kali seandainya akan
melakukan suatu kesalahan. Siswa merasa khawatir
apabila perbuatan kesalahan yang dilakukan akan dilaporkan dan disidangkan.
Sehingga pada akhirnya siswa menjadi lebih tertib dan dapat meminimalisir
perselisihan dan tindakan anarkhis yang merugikan orang lain.
Sidang kelas juga dapat menimbulkan efek malu
kepada para siswa pelaku dan menimbulka efek jera sehingga tidak akan
mengulangi lagi kesalahan tersebut. Mengapa? Karena Sidang kelas akan
mengungkap bukti, mendengarkan keterangan saksi secara jujur. Semua fakta
persidangan dapat diketahui oleh para siswa lain yang hadir di sidang
kelas. Ini juga menyadarkan kepada siswa
untuk mampu menjalin interaksi sosial dengan warga sekolah secara baik.
D. Sidang
kelas beretika
Sesuai dengan tujuannya untuk membentuk
karakter, sidang kelas perlu memerhatikan masalah-masalah yang dapat diangkat
dalam persidangan. Mengingat dampak psikologis bagi siswa, sidang kelas tidak
perlu mengangkat permasalahan terkait privasi siswa dan latar belakang
keluarga. Akan tetapi untuk permasalahan yang bersifat umum, berdampank luas,
dan dapat sebagai pembelajaran bersama bagi para siswa lain maka permasalahan
tersebut layak untuk disidangkan. Beberapa permasalahan yang pernah diangkat
dalam sidang kelas di kelas 6A Abu Hurairah : perselisihan siswa, perusakan
fasilitas sekolah, dan penggunaan gadget yang keliru. Sidang kelas juga dapat
digunakan guru untuk memberi nasihat, arahan, motivasi, ataupun larangan kepada
siswa supaya dapat berkata, berpenampilan, dan berperilaku yang santun
berakhlakul karimah.